Budaya Suku Asmat

Halloooo guys, kembali lagi nih sama aku. Dikesempatan kali ini aku ingin berbagi informasi tentang Suku Budaya yang ada di Indonesia kita ini yaitu Suku ASMAT. Kalian pasti sudah tak asing lagi kan dengan budaya Suku Asmat ini. Suku ini memiliki memiliki keragaman yang keunikan tersendiri loh. Mau tau keunikannya itu apa? Yuk mari kita simak penjelasannya berikut.

Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal di antara sekian banyak suku yang ada di Papua, Indonesia. Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif yang seringkali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. Namun tak berhenti sampai disitu, seringkali juga ditemui ornamen / motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya.
Sebagai suku yang unik khas timur tentunya memiliki keanekaragaman budaya, keanekaragaman yang dimiliki oleh Suku Asmat akan dijelaskan selengkapnya dibawah ini:


Seperti kebanyakan suku-suku di Indonesia lainnya, Suku Asmat juga memiliki upacara adat tersendiri yang berbeda dengan suku lain. Upacara adat yang dimiliki oleh Suku Asmat seperti:

Ritual Kematian
Suku Asmat memiliki pemikiran yang unik mengenai kematian. Pasalnya, mereka menganggap kematian bukanlah hal yang alamiah. Kematian diartikan sebagai adanya roh jahat yang mengganggu si meninggal tersebut. Sehingga, ketika kerabat mereka sakit maka mereka akan membuatkan pagar dari dahan pohon nipah.
Pagar tersebut dimaksudkan agar roh jahat yang berkeliaran disekitar mereka tidak akan bisa mendekati si sakit lagi. Mereka juga hanya akan berkerumun di sekeliling si sakit tanpa mengobati atau memberinya makan. Namun, ketika si sakit meninggal, mereka akan berebutan memeluk dan keluar menggulingkan badan di lumpur.
Setelah si sakit meninggal, maka mayat itu akan diletakkan di atas para (anyaman bambu) hingga dibiarkan membusuk. Tulang-tulangnya nanti akan disimpan di atas pokok-pokok kayu. Selain itu, tengkoraknya diambil untuk dijadikan bantal sebagai tanda kasih sayang terhadap si meninggal.
Ada juga yang meletakkan mayat si meninggal di atas perahu lesung dengan dibekali sagu untuk dialirkan ke laut. mayat dikubur dengan ketentuan si laki-laki tanpa mengenakan busana sedangkan si perempuan mengenakan busana. Mayat-mayat tersebut dikuburkan di hutan, pinggir sungai, maupun semak-semak.

Tarian Dan Alat Musik Suku Asmat
Tarian Tobe merupakan tarian khas Suku Asmat yang disebut juga tarian perang. Jenis tarian Tobe dulunya memang tarian yang dilakukan ketika ada perintah dari kepala adat untuk berperang.
Seiring perkembangannya, tarian ini digunakan untuk menyambut tamu sebagai bentuk respect mereka terhadap tamu yang datang. Tarian Tobe ini dipadukan dengan nyanyian-nyanyian yang sifatnya membakar semangat diiringi alat musik tifa.
Penari mengenakan manik-manik dada, rok dari akar bahar, dan daun-daun yang diselipkan dalam tubuh mereka. Hal ini melambangkan bahwa masyarakat Suku Asmat sangat dekat dengan alam.
Rumah Adat

Sebagai suku yang tinggal di pedalaman dan di tepi pantai, penduduk Suku Asmat memiliki rumah tradisional yang bernama jeu. Rumah Jeu ini memiliki panjang 25 meter. Selain itu, banyak juga penduduk Suku ini yang membuat rumah di atas pohon.

Ukiran Suku Asmat Yang Khas

Suku Asmat terkenal dengan karya ukiran-ukirannya yang dibumbui nilai-nilai magis. Namun, dibalik itu ternyata ukiran Suku Asmat ini memiliki makna dan fungsi tersendiri, yaitu : melambangkan kehadiran roh nenek moyang, mengungkapkan rasa sedih dan bahagia, lambang kepercayaan dengan motif manusia, hewan, dan tumbuhan.
Ukiran Suku Asmat memiliki ciri khas yakni polanya yang unik dan bersifat naturalis. Hal ini karena masyarakat Suku Asmat dekat dengan alam. Lukisan mereka dapat berbentuk manusia, hewan, tumbuhan, alat musik mereka, dan lain-lain yang menimbulkan kesan estetis naturalis.
Bagi Suku Asmat, mengukir tidak hanya menciptakan sebuah ukiran dengan nilai estetis dan tingkat kerumitan tertentu. Lebih dari itu, ukiran dimaknai sebagai simbol penghormatan terhadap leluhur yang sudah meninggal. Sehingga nilai spiritualitas akan selalu muncul di setiap bentuk dan guratan pada ukirannya.

Adat Istiadat


Di dalam kehidupan kesehariannya, Suku Asmat memiliki adat yang menjadi pegangannya secara turun temurun. Adat istiadat ini sampai sekarang masih dijaga oleh penduduk Suku Asmat. Berikut beberapa adat istiadat yang berasal dari Suku ini:
  • Kehamilan. Masyarakat Suku Asmat sangat menjaga kehamilan seorang wanita ditengah-tengah keluarga mereka. Mereka memperlakukan wanita hamil dengan baik hingga tercapainya proses persalinan dengan selamat.
  • Kelahiran. Setelah mencapai proses persalinan, keluarga tersebut akan mengadakan upacara selamatan dengan pemotongan tali pusar menggunakan sembilu. Sembilu yang digunakan untuk memotong dibuat dari bambu yang dilanjarkan. Untuk perkembangannya, si bayi akan disusui oleh ibunya selama usia 2-3 tahun.
  • Pernikahan. Pernikahan dilaksanakan ketika mencapai usia 17 tahun atau lebih. Tentunya hal ini telah mendapatkan kesepakatan dari kedua belah pihak. Selain itu, ada uji keberanian dari pria untuk membeli wanita menggunakan piring antik yang nilainya disesuaikan penafsiran harga perahu Johnson.
  • Kematian. Pengecualian dalam mengurus orang meninggal berlaku bagi kepala adat. Kepala suku atau kepala adat yang meninggal mayatnya akan dimumikan dan dipajang di depan joglo Suku Asmat.
Demikian kebudayaan Suku Asmat yang bernilai estetis klasik yang ada dalam kehidupan masyarakat Suku Asmat. Ada pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari Suku Asmat ini. Meskipun masyarakatnya religius magis, mereka sangatlah menghargai alam karena segala aktivitas dan yang terjadi adalah karena alam dan seisinya.


Budaya Suku Batak

Halo sobat Budanesia. Gimana nih kabarnya? Masih pada hauskan? Haus akan budaya hehe. Kali ini admin akan membahas suku budaya di daerah SUMATRA. Ada yang tau gak suku apa yang mau dibahas? Yaah admin akan membahas BUDAYA SUKU BATAK. Oke gausah berlama lama lagi langsung aja

SEJARAH SUKU BATAK
Suku ini memiliki rumah adat yang dikenal dengan nama rumah Bolon. Rumah Bolon memiliki bentuk seperti rumah panggung pada umumnya. Pintu masuk yang rendah pada rumah Bolon memiliki makna untuk tamu yang berkunjung.
Makna filosofisnya yaitu bagi tamu seharusnya menghormati tuan rumah, disamping itu juga harus mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Sampai saat ini belum diketahui asal-usul nenek moyang dari Suku Batak. Meskipun begitu diperkirakan nenek moyang dari suku ini ada pada zaman logam.
Sebab hingga sekarang artefak Neolitikum yang menjelaskan keberadaan nenek moyang suku batak belum ditemukan. Suku Batak merupakan kumpulan dari berbagai suku-suku di Sumatera Utara.
Beberapa suku yang termasuk ke dalam suku ini adalah Mandailing, Toba, Pakpak, Karo, Simalungan dan Angkola. Setiap bagian suku tersebut memiliki budaya yang berbeda. Seperti pada Mandailing yang cenderung berbahasa melayu dan sebagian besar sukunya orang Islam.
KEBUDAYAAN SUKU BATAK
Suku Batak memiliki beberapa kebudayaan, yaitu :
1. Rumah Adat Suku Dayak

Rumah Adat Batak – Daya tarik lain dari samosir bukan hanya suku bataknya saja, tetapi juga rumah adat batak. Rumah adat batak adalah Rumah Bolon yang biasanya terdiri dari dua bagian, yaitu rumah dan sopo (lumbung padi).Lumbung padi itulah yang ada di depan rumah dan dibatasi dengan pelataran luar. Pelataran tersebutlah yang memiliki fungsi sebagai ruang bersama warga. Ada dua jenis rumah adat batak ini, yaitu rumah yang memiliki banyak hiasan disebut dengan Jabu Batara Siang, sedangkan rumah yang tidak dihiasi disebut dengan Jabu Ereng.

2. Tarian Suku Batak




https://www.romadecade.org/tari-tor-tor/#!
Tari Tor Tor Merupakan sebuah tarian perayaan yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Tarian ini berasa dari Batak Toba, Sumatera Utara. Awalnya, tarian ini merupakan sebuah ritual acara seperti upacara kematian, kesembuhan dan lain sebagainya.
Kemudian tari ini mendapatkan pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Dan seiring perkembangan jaman, tari ini tidak hanya digunakan sebagai bentuk upacara saja. Tari Tor Tor  sering sekali dipentaskan untuk hiburan bagi masyarakat Batak. Bahkan gerakan dan busana yang digunakan juga sudah mulai dimodifikasi menjadi lebih menarik.
Dalam pertunjukkannya, tarian ini diiringi dengan musik gondang. Yang kemudian akan menimbulkan suara henrakan para penari di atas lantai.

3. Alat Musik Suku Batak
1. Sarune Bolon
Sarune Bolon merupakan alat musik tradisional suku Batak Karo Sumatera Utara yang terbuat dari kayu, tanduk kerbau dan kayu arung sebagai “ipit ipit” (Double Reed) sebagai sumber suara.
Alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup. Cara meniup alat Sarune Bolon dengan cara “marulak hosa” (circular breathing), yakni dimana nafas ditarik tetapi tanpa menghentikan suara Sarune tersebut. Sarune Bolon adalah pembawa melodi dan sebagai pembawa lagu dalam Gondang Batak.
2. Pangora
Pangora ialah alat musik sejenis gong Jawa dengan bentuk yang relatif sama. Bedanya, alat musik pangora ini berbunyi “pok”. Apa yang menyebabkan begitu? Hal ini disebabkan karena alat musik Pangora ini dipukul dengan menggunakan stik dan bagian pinggiran pangora diredam dengan pegangan tangan. Ukuran alat musik Pangora yang paling besar dengan diameter sekitar 37 cm dan ketebalan sekitar 6 cm. Bagaimana cara memainkannya? Pangora ini dimainkan dengan cara dipukul seperti Gong. Cara teknis detailnya akan dibahas dilain waktu :).

3. Garantung
Garantung (dibaca garattung) merupakan alat musik Batak Toba pembawa melodi yang terbuat dari kayu dan memiliki lima bilah nada. Klasifikasi instrument ini termasuk ke dalam kelompok Xylophone. Selain berperan sebagai pembawa melodi, juga berperan sebagai pembawa ritem variable pada lagu-lagu tertentu, dimainkan dengan cara Mamalu (memukul 5 bilah nada).

Garantung terdiri dari 7 wilahan yang digantungkan di atas sebuah kotak yang sekaligus sebagai Resonatornya. Alat musik yang tergolong tradisional ini dimainkan dengan menggunakan dua buah stik untuk tangan kiri dan tangan kanan. Sementara tangan kiri berfungsi sebagai pembawa melodi dan pembawa ritme sementara tangan kanan memukul bagian tangkai garantung dan wilahan sekaligus dalam memainkan sebuah lagu.
4. Taganing
Merupakan salah satu alat musik Batak Toba yang dimainkan dengan cara dipukul membrannya dengan memakai Palupalu (stik). Taganing adalah drum set melodis (drum-chime), yaitu terdiri dari lima buah gendang yang digantungkan dalam sebuah rak. Bentuknya sama dengan gordang, hanya ukurannya bermacam-macam.

Taganing fungsinya sebagai pembawa melodi dan juga sebagai ritem variable dalam beberapa lagu. Klasifikasi instrumen ini termasuk ke dalam kelompok Membranophone. Taganing ini dimainkan oleh satu atau dua orang dengan menggunakan dua buah stik. Dibanding dengan Gordang yang relatif konstan, maka Taganing adalah melodis.

Seperangkat Taganing terdiri dari lima buah. Didalam sebuah permainan, posisi Taganing sangat penting. Selain tabuhan Taganing yang berpadu dengan melodi Serune, juga berfungsi sebagai dirigen yang memberikan aba-aba dan memberikan pengaruh semangat pada semua musisi yang terlibat.

5. Hapetan (Hasapi)
Berasal dari Sumatera Utara, alat musik tradisional Hapetan mirip dengan alat musik Kecapi, yaitu berdawai dan dimainkan dengan cara dipetik. Hapetan juga disebut Hasapi atau Kucapi.

6. Gondang (Single Drum)
Dimainkan dengan cara di pukul, Gondang (Gordang) adalah salah satu alat musik Batak Toba, yaitu satu buah gendang yang lebih besar dari taganing yang berperan sebagai pembawa ritem konstan mau pun ritem variable. Alat musik Gordang ini dibuat dari kayu dan dimainkan dengan cara dipukul. Gondang adalah alat musik tradisional dari daerah Sumatera Utara, tepatnya di daerah Batak Toba.

7. Ihutan
Ihutan memiliki persamaan dengan alat musik tradisional Panggora. Ihutan sejenis Gung berpencu yang digunakan dalam satu ensambel dengan tiga gung lainnya. Yang membedakannya dengan gong lainnya adalah ukurannya, bunyi, dan teknik atau cara permainannya.

Ihutan berukuran dengan garis menengah (diameter) lebih kecil sedikit dari oloan, yaitu 31 cm, tinggi (tebal) 8 cm, dan diameter pencu lebih kurang 11 cm. Ritemnya konstan dan bersahut-sahutan dengan gong oloan (litany), sehingga bunyi sahut-sahutan antara dua gong ini secara onomatope disebut polol-polol. Gong ini juga dimainkan dengan menggunakan satu stick yang terbuat dari kayu yang diobungkus dengan kain atau karet. Dimainkan oleh satu orang pemain.

8. Odap
Odap adalah gendang dua sisi berbentuk konis. Odap juga terbuat dari bahan kayu nangka dan kulit lembu serta tali pengencang/pengikat terbuat dari rotan. Ukuran tingginya lebih kurang 34 –37 cm, diameter membran sisi satu 26 cm, dan diametermembran sisi 2 lebih kurang 12 –14 cm.
Cara memainkannya adalah, bagian gendang dijepit dengan kaki, lalu dipukul dengan alat pemukul, sehingga bunyinya menghasilkan suara dap…, dap…, dap…, dan seterusnya. Alat musik ini juga dipakai dalam ensambel Gondang Sabangunan.
3. SENJATA SUKU BATAK
1. Senjata Tradisional Piso Gaja Dompak
Senjata tradisional Sumatera Utara yang pertama dan yang paling terkenal adalah pisau Gaja Dompak. Sesuai namanya, senjata ini memang berupa sebilah pisau yang dilengkapi dengan ukiran gajah di bagian gagangnya. Dari sejarahnya, pisau gaja dompak berasal dari warisan Raja Kerajaan Batak pertama, yakni Raja Sisingamangaraja 1. Sebagai pusaka yang diwariskan secara turun temurun, pisau ini tak pernah digunakan untuk berperang atau menumpahkan darah. Kendati begitu, masyarakat tradisional Batak meyakini adanya kekuatan magis yang dimiliki senjata satu ini.
2. Senjata Tradisional Tongkat Tunggal Panaluan
 tradisional Batak bernama Tunggal Panaluan ini berupa sebuah tongak berukirkan relief-relief patung dan dihiasi dengan bulu-bulu halus. Secara fisik, senjata ini memang tidak mampu memberikan efek serius bila digunakan untuk menyerang seseorang. Namun, sebagian masyarakat Batak Toba meyakini bila di masa silam, raja Batak yang menggunakan senjata ini dapat melumpuhkan lawan meski tanpa harus bersentuhan. Sisi mistis yang kental dari senjata tradisional Sumatera Utara satu ini membuat ia kerap disucikan dalam ritual khusus. Saat ini, satu tombak tunggal panaluan yang masih tersisa disimpan dalam museum gereja Katolik di Samosir.


3. Senjata Tradisional Hujur Siringis
Dari penelusuran sejarah diketahui bahwa Hujur Siringis merupakan senjata tradisional Sumatra Utara yang paling pertama ditemukan. Senjata berbentuk tombak ini diyakini sebagai senjata utama para prajurit kerajaan Batak di masa silam. ia terbuat dari kayu yang ringan tapi kuat dengan bilah pisau runcing di bagian ujungnya.



4. Senjata Tradisional Piso Karo
Pisau karo adalah jenis senjata yang nyaris serupa dengan piso gading. Perbedaannya terletak pada bentuk gagangnya. Jika pisau gading dibuat dari gading gajah yang diukir, piso karo justru hanya dibuat dengan kayu dan tanpa ukiran. Keunikannya terletak pada ujung pegangan yang bercabang dan sarungnya yang dilengkapi dengan perak dan suasa sebagai pamor.



5. Senjata Tradisional Piso Gading
Senjata tradisional Sumatera Utara selanjutnya yaitu piso gading. Senjata ini berupa sebilah pedang dengan bilah yang sangat tajam. Dinamai piso gading karena gagang pegangan senjata ini terbuat dari gading gajah. Karena bahannya yang langka, kini pedang ini sangat sulit ditemukan. Satu yang masih tersisa adalah piso gading peninggalan raja Batak Toba yang dibuat sekitar abad 19.

6. Senjata Tradisional Piso Sanalenggam
 Piso sanalengam merupakan sebilah pedang dengan bentuk yang sangat unik. Gagangnya yang terbuat dari kayu yang diukir sedemikian rupa sehingga tampak seperti patung seorang pria yang tengah menunduk. Bentuk patung pada gagang pedang nampak persis seperti patung-patung suku Maya di daratan Amerika Tengah. Kemiripan ini masih menjadi teka-teki bagi para sejarawan.

Nah itu dia tadi penjelasan tentang kebudayaan suku Batak. Semoga Bermanfaat dan salam sejahtera untuk kita semua sampai jumpa




Oleh : @Munajat_Mubarok
Diambil dari berbagai sumber

Budaya Suku Bugis


                        (Berbagai sumber)

 Assalamualaikum,selamat siang,sore,dan malam buat pembaca blog kami 😂. gimana kabarnya nih kawan budanesia? Mudah mudahan Baik baik aja ya kawan budanesia 😂.kami kembali lagi nih dengan informasi seputar budaya yang ada di Indonesia,nah sekarang kita Mao bahas budaya suku Bugis nih. Ini bukan kue yang ada di hajatan ya😂. Langsung aja yuk kita bahas budaya suku bugis

Suku Bugis dikenal sebagai suku yang sangat mempertahankan harga diri akan kebudayaannya. Terbukti sekecil apapun masalahnya dan siapapun pelakunya maka akan ditindak tegas. Meskipun pelakunya adalah keluarga atau kerabat sendiri.

Suku Bugis memiliki kebudayaan yang unik yang tetap eksis di masa kini. Pasalnya, suku yang satu ini memiliki keragaman budaya yang tidak kalah menarik dengan suku lainnya di Sulawesi Selatan.
Meskipun jaman semakin modern, kebudayaan Suku ini tetap menjadi sorotan yang menarik untuk ditelisik lebih jauh keunikan-keunikannya. Adapun keragaman kebudayaan yang dimiliki Suku ini diantaranya :


Yang pertama kita bahas tentang Rumah adat nya


1.Rumah adat Suku Bugis:


                           1. Bola soba
                           (Berbagai sumber)

                 2.  rumah adat suku Bugis
                       (Berbagai sumber)

Bone – Bola Soba’
Bone memiliki satu rumah adat bugis peninggalan sejarah yaitu Bola Soba’. Jika anda berkunjung ke daerah Bone tidak pas rasanya jika kita tidak mengunjungi salah satu ikon kota bone ini. ya!, Bola Soba‘ yang berarti “Rumah Persahabatan”. Bola soba ini terletak di jalan Latenritatta Kelurahan Masumpu, Kec. Tanete Riajang, Kabupaten Bone.


2. Alat musik suku Bugis




                          (Berbagai sumber)


Kacapi atau kecapi
Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis, Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil karena penemuannya dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.




3. Senjata Tradisional Suku Bugis





                      (Berbagai sumber)

Badik Raja .

Senjata Tradisional Badik Raja Badik raja adalah jenis badik yang berasal dari daerah Kajuara, Kabupaten Bone. Masyarakat sekitar percaya bila badik bernama lain gencong raja ata bontoala ini dibuat oleh mahluk halus, tak heran bila nilai sakral yang dimilikinya menjadi sangat tinggi. Badik raja berukuran agak besar dengan panjang antara 20 sd 25 cm. Bentuknya seperti badik lampo battang dengan bilah yang membungkuk dan perut bilah yang membesar. Badik ini dibuat dari logam kualitas tinggi dan kerap dilengkapi dengan pamor indah di bagian hulunya, seperti pamor timpalaja atau pamor mallasoancale. Sesuai namanya, senjata tradisional Sulawesi Selatan ini dahulunya kerap digunakan oleh para raja-raja Bone.

Sekian dulu ya penjelasan dari suku Bugis ini. Kita akan balik lagi dengan ragam budaya di seluruh Indonesia. Terima kasih .

Dibuat oleh :

Wahyu Dwi Cahya

Tidak Boleh Berduaan?? Budaya Suku Anak Dalam

Halo budanesia, ketemu lagi kita di blog ini. Kalian sudah baca belum tentang budaya-budaya yang di postingan sebelumnya? Kalo belum jangan lupa baca ya. Karena dengan kalian membaca blog ini maka kalian ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan bangsa. Langsung saja ya disini aku akan menjelaskan tentang suku anak dalam. Kalian udah tau belum?? Suku anak dalam mempunyai nama asli Suku Kubu atau biasanya orang menyebutnya Orang Rimba. Kenapa sih kok disebut orang rimba? Karena suku anak dalam itu hidupnya di pedalaman hutan yang berada di pulau Sumatra tepatnya di provinsi Jambi dengan perkiraan populasi sekitar 200.000 jiwa. Suku ini salah satu suku yang terasing dari kemoderenan dunia luar, mereka hanya bergantung pada apa saja yang tersedia di hutan. Yuk kita lihat apa saja budaya yang khas dimiliki oleh suku anak dalam :

1. Cara Bertahan Hidup Suku Anak Dalam
Suku anak dalam ini hidup dengan sederhana  dan menghidupi dirinya dengan mencari bahan apa saja yang tersedia di dalam hutan untuk dimakan. Biasanya suku anak dalam mencari makanan dengan cara berburu dan mencari buah atau tumbuhan untuk memenuhi kebutuhannya
Sumber: google
Sumber: google

2. Pakaian Suku Anak Dalam
Selanjutnya pakaian sehari-hari suku anak dalam untuk bawahannya mereka menggunakan Cawat baik laki-laki maupun perempuan sama. Bedanya perempuan menggunakan kain untuk menutupi dada nya jika mereka akan berinteraksi dengan masyarakat luar.
Sumber: google

3. Aturan dan Kebiasaan Suku Anak Dalam
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari suku anak dalam memilki aturan yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Apa saja aturannya?
a. Pantang Dunia Terang
Masyarakat suku anak dalam menyebut kehidupan diluar hutan itu sebagai Dunia Terang. Bagi mereka, bersosialisasi dengan dunia terang secara aturan diatur oleh adat. Adapula yang percaya bahwa orang dunia terang itu merupakan pemakan manusia. Maka dari itu mereka sangat berhati-hati jika berinteraksi dengan masyarakat luar.
Sumber: google

b. Melangun
Kebiasaan suku anak dalam adalah perpindah pindah atau nomaden dari hutan satu kehutan yang lain. Contoh nya jika ada anggota keluarga ada yang meninggal, maka mereka akan mmeninggalkan tempat tinggal mereka dan mencari tempat tempat tinggal yang baru. Hal itu bertujuan untuk menghilangkan kesedihan atas ditinggal oleh keluarga mereka. Jadi hal tersebut disebut dengan Melangun.
Sumber: google

c. Dilarang berduaan
Masyarakat suku anak dalam melarang keras bagi laki-laki dan perempuan berduaan. Jika mereka ketahuan maka mereka akan terlebih dahulu akan dihukum cambuk rotan dan akan dikawinkan paksa karena dianggap memalukan bagi orang tua.

4. Tempat Tinggal dan Cara Mandi
Suku anak dalam sangat menghormati alam. Mereka terbiasa tidur dengan merebahkan diri di tanah atau ada juga sebagian masyarakat  yang  mendirikan tenda di dalam hutan. Dan untuk urusan mandi mereka memanfaatkan sungai yang ada dihutan untuk membersihkan diri mereka. Mereka tidak meerlukan sabun dan peralatan mandi lainnya, mereka cukup menyeburkan tubuh mereka ke sungai hingga mereka menganggap bahwa mereka sudah bersih.
Sumber: google
Sumber:google

5. Senjata Khas Suku Anak Dalam
Suku anak dalam memiliki senjata yang khas bernama Sumpit Suku Kubu. Sumpit ini merupakan senjata tradisional yang dipergunakan untuk berburu hewan didalam hutan. Senjata ini bekerja dengan cara selongsong panjang, yang mana anak panahnya diisi dengan racun, sehingga hewan buruan tidak dapat kabur jauh bila terkena senjata tersebut.
Sumber: google

6. Tarian Khas Suku Anak Dalam
Tarian ini bernama Tari Elang. Tari ini biasanya ditampilkan pada saat pelaksanaan upacara adat yang dipimpin oleh pemimpin setempat. Tari ini berfungsi untuk media memanggil para dewa. Dalam pertunjukannya Tari elang menggunakan iringan musik berupa mantra-mantra yang dilantunkan oleh si penari. Penari menggunakan kain panjang  yang dianggap sebagai simbol dari sayap burung elang.
Sumber:google

Sekian ya teman-teman. Sampai bertemu lagi. Semoga tulisan ku bermanfaat bagi kalian yang membacanya. Jangan lupa tulis komen di bawah. Terima kasih

Ditulis oleh Nareswari Gauri Syavani

Budaya Suku Toraja

Hallooooo guys, kembali lagi bersama Komalla disini hehe👋. Kali ini aku bawa informasi suku budaya baru yaitu tentang Budaya Suku TORAJA. Kalian pasti sudah tidak asing lagi kan dengan budaya Suku Toraja ini. Suku yang mempunyai keragaman dan keunikan di dalamnya,salah satunya upacara pemakaman "Rambu Solo". Selanjutnya Yuk kita intip ada keberagaman budaya apa lagi sih di suku ini selain yang aku sebutkan tadi :)

 Rumah adat
Tongkonan


Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon ("duduk").
Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena Tongkonan melambangan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.

TenunToraja

Kain tenun dari toraja ini adalah salah satu warisan dari leluhur yang masih dijaga kelestariannya hingga sekarang. Kain tenun toraja ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam kebudayaan masyarakat toraja. Kain tenun memegang peranan penting dalam bermacam upacara adat dan berfungsi juga sebagai simbol kemakmuran dan juga kejayaan. Di masa yang lalu, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memiliki kain-kain ini misalnya kaum bangsawan

Upacara pemakaman


Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman (Rambu Solo') merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar Upacara pemakaman yang besar. 
Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau taubiasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar. Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.

Musik dan Tarian


Suku Toraja melakukan tarian dalam beberapa acara, kebanyakan dalam upacara penguburan. Mereka menari untuk menunjukkan rasa dukacita, dan untuk menghormati sekaligus menyemangati arwah almarhum karena sang arwah akan menjalani perjalanan panjang menuju akhirat.
Alat musik tradisional Toraja adalah sulingbambu yang disebut Pa'suling. Suling berlubang enam ini dimainkan pada banyak tarian, seperti pada tarian Ma'bondensan, ketika alat ini dimainkan bersama sekelompok pria yang menari dengan tidak berbaju dan berkuku jari panjang.


Nah begitu kira-kira berbagai keragaman budaya Suku TORAJA, menarik bukan? Oh iya jika kalian masih kepo ada apa saja sih budaya di Indonesia. Kalian bisa klik di beranda blog kita,disitu ada berbagai macam suku bangsa dari Sabang sampai Merauke. terimakasih telah membaca :))

Oleh : Nurkomala

Kebudayaan di Banyuwangi


Haiii guyss. Gimana nih kabarnya? Pasti baik-baik aja kan. Ohiyaa nih disini udah ada yang tau tentang Kebudayaan/adat yang ada di BanyuwangiYaps… Kebo-Keboan,Kalau kalian belum tau itu semua, nahh kalian tuh harus wajib tau nih!!! Yuk mari simak penjelasannya agar pengetahuan kalian bertambah.


nah nah,gmna guys setelah melihat gambar diatas? hihihi pasti banyak yang beranggapan seram dan menakutkan yaa,,,etss tapi tenang guys mereka ga akan gigit kok hehehehe...

Salah satu Kebudayaan di Binyuwangi ini sering kita kenal dengan sebutan "Kebo-keboan" yang artinya Kerbau bohongan/Mirip-miripan seperti Kerbau.Lantas apa yaa yang buat mereka seperti itu? 

jadi gini guys, Kerbau itu adalah hewan yang memiliki Peran penting dalam pertanian diIndonesia,yaps kerbau adalah hewan yang membantu para petani untuk menyiram air dan membajak Sawah.nah di Banyuwangi kerbau air adalah teman untuk para pertani-petani di Kraja, dusun di desa Alasmalang, Kabupaten Singojuruh, kota Banyuwangi di provinsi Jawa Timur.

biasanya upacara ini diselenggarakan pada bulan Suro,yang dimana setiap orang yang ikut merayakannya akan merubah penampilan mereka sama seperti kerbau air,seperti gambar yang diatas tadi,mereka akan merubah warna muka dan tubuh mereka menjad warna hitam,menggunakan tanduk seperti kerbau,dan lonceng yan ada ditangan dan kaki kerbau atau biasa disebut Kelunthung Kayu.

Tujuan upacara Kebo-keboan ini adalah untuk memanjatkan doa agar hasil panen/hasil yang ditanam bisa berhasil dan sawah tetep menjadi subur,
yaa walaupun awalnya upacara ini diselenggarain karna adanya wabah penyakit yang dipercaya tidak bisa disembuhkan oleh kekuatan manusia. 


ternyata mereka ga hanya merubah penampilan mereka doang loh guys,,tapi mereka juga melakukan apa yang kerbau kerjakan,yaps yaitu membajak sawah,mereka akan membajak dan menyiram sawah agar mereka mendapatkan hasil panen yang terbaik.

mungkin itu aja dulu guys yang bisa aku share tentang kebudayaan yang ada dibetawi,jangan lupa komentar dan staytoon untuk artikel artikel baru lagi tentang kebudayaan yang ada di
indonesia yang pastinya bakalan buat kita jadi tau!!!

see u guys! 

salam cute,
Yosepha Paulina
XII BDP 2 


Budaya Suku Papua


Haii Guys. Gimana nih kabarnya? Pasti pada baik-baik aja kan. Gw kintan bakal balik lagi untuk mengupas tentang budaya papua nih,kemaren kan bali skrng yuk kita belajar bareng-bareng buat mengenal tentang Budaya papua,Mulai dari Rumah adatnya, Alat musik dan senjatanya,yuk kita simak penjelasan tentang suku Papua agar kalian menambah wawasan pengetahuan :)

Papua barat yang dulu dikenal dengan nama Irian Jaya adalah bagian dari pulau Papua Nugini dan juga merupakan wilayah Indonesia paling timur. Wilayah Papua mencakup beberapa pulau kecil di sekitarnya termasuk pulau Biak. Sebagian besar wilayahnya tertutupi hutan lebat yang menjadi habitat beberapa hewan endemik Indonesia seperti cendrawasih, tapir, dan kasuari. Terdapat suku pedalaman yang masih tinggal di dalam hutan seperti suku Dani yang tinggal di lembah Baliem, meski sebagian besar populasi Papua tinggal di sekitar pesisir pantai.

Mari kita bahas lebih dalam lagi tentang suku Papua ini :

1. Rumah adat Papua



Pada dasarnya rumah adat di pulau paling timur yang berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini memiliki model rumah yang sama yaitu Rumah Honai. Rumah honai merupakan rumah adat milik penduduk asli Pulau Papua.


2. Alat musik Papua

Alat Musik Tifa
Tifa merupakan alat musik khas papua, bahkan sering sudah menjadi lambang masyarakat papua sendiri. Alat musik tifa ini menyerupai kendang terbuat dari kayu yang dilubangi tengahnya. Cara memainkannya juga tidak jauh berbeda, yaitu dengan cara dipukul.



3.senjata tradisional Papua


Busur Dan Panah Busur dan Anak Panah

Senjata ini telah digunakan untuk berburu babi dan hewan liar lainnya. Selain itu, konflik yang sering terjadi antara kelompok yang sedang berlangsung dibuat oleh suku ini untuk perang. Busur terbuat dari kayu Rumi dengan tali dari rotan. Itu adalah kepala panah tulang hewan yang diasah. Mata ini biasanya dibubuhi tanaman cairan beracun untuk menambah efek luka.




Terimakasih,semoga bermanfaat semua yang gw sampaikan tentang kebudaayaan Papua,see you jangan lupa di komen untuk saran dan pesan nya:)

BUDAYA SUKU GAYO

1. TARI SAMAN

Di antara keberagaman tari adat yang berasal dari suku-suku Indonesia, tari saman merupakan salah satu tari adat yang masuk dalam kategori sangat unik. Keunikan tari saman bukan hanya terletak pada gerakan penarinya yang kompak, melainkan juga pada harmonisasi lagu dan paduan suara yang mengiringinya. Keunikannya ini pula yang membuat tari asal Tanah Aceh ini menjadi sangat terkenal, bukan hanya di dalam negeri, tapi juga di seluruh mancanegara. Nah, berikut ini, mari kita bahas keunikan tari saman mulai dari sejarah, gerakan, lagu, paduan suaranya dan makna tari saman.

u Sejarah tari saman
Tari Saman merupakan sebuah tarian asal Suku Gayo, Aceh yang mulai dikembangkan pada abad ke 14 oleh seorang ulama besar bernama Syekh Saman. Tarian ini awalnya hanyalah sebuah permainan rakyat bernama Pok Ane.


https://adira.co.id/sahabatlokal/kenali-lebih-jauh-yuk-mengenai-tari-saman-dari-aceh-1


Kebudayaan Islam yang masuk ke daerah Gayo pada masa itu berakulturasi dengan permainan Pok Ane, sehingga nyanyian pengiring permainan Pok Ane yang awalnya hanya bersifat pelengkap, berubah menjadi nyanyian penuh makna dan pujian pada Allah. Kebudayaan Islam juga merubah beberapa gerakan pada tari saman mulai dari tepukan dan perubahan tempat duduk. Tari saman di masa Kesultanan Aceh hanya ditampilkan pada acara perayaan Maulid Nabi Muhammad di surau-surau atau masjid di daerah Gayo, namun pada perkembangannya ia juga kemudian dimainkan pada acara-acara umum seperti acara pesta ulang tahun, pernikahan, khitan, dan acara lainnya hingga sekarang.
Sejak 24 November 2011, tari saman telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak benda asal Indonesia oleh UNESCO dalam sidang keenam Komite Antar Negara yang dilaksanakan di Bali. Tarian yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan “Dance of Thousand Hand” ini hingga sekarang masih terus dilestarikan, bukan hanya oleh orang suku Aceh Gayo, melainkan juga oleh seluruh masyarakat dunia yang mengagumi keunikannya.

u Penari dan gerakan tari saman
Pada awalnya, tarian saman hanya dimainkan para pria yang jumlahnya tidak lebih dari 10 orang, 8 sebagai penari dan 2 sebagai pemberi aba-aba. Namun, pada perkembangannya, menyadari bahwa sebuah tarian akan menjadi semakin semarak jika dimainkan oleh lebih banyak penari, maka tari saman pun jadi boleh ditarikan oleh lebih dari 10 penari. Selain itu, para wanita yang awalnya tidak boleh memainkan tarian ini, juga menjadi diperkenankan untuk memainkannya

https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/keharmonisan-dan-kerancakan-gerakan-tari-saman

Untuk mengatur kekompakan gerakan penari, tari saman biasanya akan dipimpin oleh 2 orang syekh. Syekh adalah pengatur irama gerakan sekaligus pemandu nyanyian atau syair-syair yang mengiringi tarian ini. Gerakan-gerakan dalam tari saman secara umum terbagi menjadi beberapa unsur, yaitu gerakan tepuk tangan dan gerak tepuk dada, gerak guncang, gerak kirep, gerak lingang, dan gerak surang-saring. Nama-nama semua gerakan dalam tari saman ini berasal dari bahasa Gayo. Yang membuat tari saman begitu unik dan sering menghadirkan decak kagum bagi yang menyaksikannya adalah karena harmonisasi gerakan dalam tarian ini yang mengalun cepat bersama syair-syair dan yang mengiringinya. Banyak orang luar negeri bahkan lebih mengenal tari saman daripada tari kecak atau tari pendet yang berasal dari bali.

u  Paduan suara dan lagu tari saman
Berbeda dengan pertunjukan tari pada umumnya, pada pertunjukan tari saman yang asli, Anda tidak akan menemukan iringan irama alat musik apapun. Satu-satunya irama yang digunakan untuk menyelaraskan gerakan tari ini adalah suara dari para penari itu sendiri. Mereka akan bertepuk tangan, tepuk dada, paha, dan lantai atau kadang menyanyikan syair tersendiri untuk menyingkronkan gerakan antara penari satu dengan penari lainnya.

https://digiyan.com/tari-saman/

Untuk syair dari nyanyian lagu tari saman sendiri biasanya merupakan sebuah pepatah dan nasihat yang bermakna begitu dalam. Syair-syair tersebut berisi pesan moral ajaran Islam yang seharusnya diresapi oleh setiap para pendengarnya. Bagi seorang syekh atau pemandu tari, menyanyikan lagu tari saman juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Ada 5 aturan atau cara baku yang harus ditaati dalam menyanyikan lagu tari saman ini. Kelima aturan tersebut antara lain:
·                     Rengum atau auman yang diawali oleh pemandu.
·                     Dering yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
·                     Redet atau lagu singkat dengan nada pendek yang dinyanyikan oleh salah   satu  penari di bagian tengah.
·                     Syekh atau lagu yang dinyanyikan dengan suara panjang tinggi sebagai tanda perubahan gerakan.
·                     Saur atau lagu yang diulangi bersama oleh semua penari setelah dinyanyikan oleh seorang penari solo.


u  Arti dan makna tari saman


https://muffingraphics.com/tari-saman/amp

Terlepas dari beragam keunikannya, tari saman bagi masyarakat Aceh memiliki arti dan makna yang sangat dalam. Tarian ini melambangkan tingginya sopan santun, pendidikan, kebersamaan, kekompakan dan kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius. Pesan dakwah yang terkandung dalam setiap syairnya juga memiliki nilai tersendiri. Nasehat-nasehat dengan makna begitu dalam tersirat kental dalam syair lagu tari ini.


Penulis,
Rohimin